Eksperimen Joko Anwar Dalam Film Kala
Dikenal sebagai sutradara yang senang menyajikan sesuatu yang baru dalam setiap film-nya, nama Joko Anwar terus melejit seiring perkembangan karier-nya sebagai seorang film maker. Janji Joni, Kala, Pintu Terlarang, Modus Anomali, adalah judul-judul karyanya yang sukses menarik perhatian sineas dari dalam dan luar negeri. Joko Anwar mengawali karier-nya sebagai seorang jurnalis sebelum akhirnya bergabung dengan Nia Dinata untuk menggarap film yang berjudul Arisan! pada tahun 2003.
Salah satu film buatan Joko Anwar yang berhasil mencuri perhatian adalah Kala. Kala, yang juga dikenal dengan judul Dead Time, merupakan salah satu film box office Indonesia garapan MD Pictures yang menyuguhkan suasana baru dalam pengambilan gambar maupun jalan ceritanya. Mengambil latar belakang sekitar tahun 50-an dengan lokasi yang anonim, Joko Anwar berhasil membuat sebuah karya yang kemudian sukses di pasaran. Kala disebut-sebut sebagai film noir Indonesia pertama dan menjadi titik tolak perkembangan film di Indonesia.
Yang paling menarik dari Kala adalah nuansa sinematografinya yang gelap dan sukses menghadirkan suasana unik di dalam film. Pencahayaan yang digunakan dalam film sangat temaram dan sudut pandang pengambilan gambarnya pun patut diacungi jempol. Tidak heran jika pada Festival Film Indonesia tahun 2007, film ini mengantungi piala sebagai tata sinematografi dan tata artistik terbaik. Tidak hanya di Indonesia, film ini pun berhasil menyedot perhatian sineas internasional, seperti majalah Sight & Sound yang terkenal di Inggris, The Hollywood Reporter, hingga memenangkan penghargaan di New York Asian Film Festival. Kala disebut-sebut sebagai sebuah film noir cerdas dan Joko Anwar berhasil merebut titel sebagai salah satu sutradara tercerdas di Asia.
Dari segi cerita, Joko Anwar selaku penulis skenario melakukan eksperimen yang berusaha menggabungkan mitologi serta sejarah. Ditambah lagi, meski sejak awal Joko Anwar tidak menyebutkan latar tempat di dalam film, penonton bisa menebak bahwa ‘negara’ yang dimaksud adalah Indonesia. Aspek keterwakilan seperti isu-isu sosial, sikap anarkis, dan sindiran-sindiran yang bernada politis sangat mirip dengan kondisi yang terjadi di Indonesia.