Mengenal Suku di Makassar

Menjadi salah satu destinasi wisata membuat pembangunan di kota Makassar semakin berkembang. Tidak hanya tempat wisatanya saja, tetapi juga berbagai hotel besar mulai di dirikan di kota ini, salah satunya yaitu Singgasana Hotel. Walaupun pembangunannya semakin berkembang, namun tidak mengganggu adat berbagai suku yang ada di kota ini. Suku-suku tersebut tetap mempertahankan beberapa adat istiadatnya, bahkan ada beberapa adat yang sering digunakan untuk menarik minat wisatawan agar datang ke kota tersebut. Beberapa suku tersebut adalah:

suku di makasar

  • Suku Toraja

Suku ini mungkin salah satu suku yang paling terkenal, karena memiliki adat penguburan yang unik. Jika biasanya upacara penguburan diwarnai dengan kesedihan dan tangisan, hal itu tidak berlaku di suku ini. Mereka menggunakan musik dan tarian untuk menunjukkan rasa duka cita dan rasa menghormati dalam upacara penguburan. Selain untuk upacara penguburan, musik dan tarian juga digunakan masyarakat selama musim panen dengan tujuan untuk merayakan hari pengucapan syukur.
Bahasa Toraja merupakan bahasa dominan yang di gunakan oleh masyarakat suku ini, dengan dialek Sa’dan Toraja. Namun masyarakat juga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang resmi. Mayoritas masyarakat Toraja menganut agama kristen, sebagian beragama islam dan sebagiannya lagi menganut kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo.

  • Suku Bugis

Nama bugis berasal dari kata to Ugi yang artinya Orang Bugis. Pada jaman pra-islam suku bugis mengenal konsep Ade’ (Adat) dan Spiritualitas (Agama) sebagai tema sentral dalam teks-teks hukum dan sejarah orang Bugis. Konsep Ade’ mengacu pada kehidupan dewa-dewa yang diyakini. Kegiatan upacara penyajian kepada leluhur, sesaji pada penguasa laut dan pohon yang dianggap keramat serta kepada roh-roh menunjukkan masyarakat tradisional Bugis saat itu masih menganut kepercayaan pendahulu mereka. Setelah masuknya Agama Islam banyak terjadi perubahan pada kepercayaan masyarakat Bugis. Mereka mulai menghentikan upacara yang bertentangan dengan Agama Islam. Namun beberapa adat masih dilakukan oleh masyarakat Bugis, antara lain adat panen dan adat pernikahan.

  • Suku Massenrempulu

Suku ini sendiri terdiri dari 3 suku, yaitu Suku Enrekang, Suku Duri dan Suku Maiwa. Secara bahasa Enrekang, Massenrempulu berarti melekat seperti beras ketan. Pada awalnya Suku Massenrempulu menganut kepercayaan animisme yang bernama Alu’ Tojolo, namun seiring dengan masuknya agama Islam kepercayaan inipun mulai ditinggalkan, hanya tersisa beberapa orang saja yang masih menganut kepercayaan ini. Suku ini tidak memiliki adat yang bermacam-macam seperti suku lainnya. Sangat berbeda dengan Suku Bugis dan Toraja. Suku ini menganut paham hidup sederhana, mereka hidup dengan bertani, berdagang dan beberapa merantau.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.