Tarian Gandrang Bulo Khas Makassar

Saat ini kota Makassar sering dijadikan sebagai destinasi wisata. Beberapa indikatornya yaitu makin bertambahnya pembangunan Makassar Hotel, perbaikan pada berbagai sarana dan fasilitas pendukung bagi para wisatawan yang datang, seperti tempat wisata yang terkelola, bandara yang diperbaiki dan berbagai hal lainnya. Selain dari berbagai tempat wisata yang dapat dikunjungi di kota ini, wisatawan juga dapat menyaksikan berbagai pertunjukan seni yang menghibur. Salah satu pertunjukkan tari yang sering dipertunjukkan oleh masyarakat Makassar saat perayaan hari besar adalah Tari Gandrang Bulo.

Gandrang BuloTari Gandrang Bulo ini merupakan salah satu tarian khas Makassar yang tidak hanya dipertunjukkan di kota Makassar saja, saat ini tarian ini sudah cukup terkenal di mata Internasional. Tarian ini menggabungkan unsur musik, tarian dan dialog kritis. Tarian ini biasanya mengambil tema tentang kehidupan sosial masyarakat. Hal-hal yang biasanya di jadikan teman dalam pertunjukan tari ini yaitu mengenai masalah politik, sosial dan budaya. Dalam tarian ini akan diselipkan beberapa dialog berupa kritikan mengenai tema yang diambil namun dikemas dalam kalimat yang lucu sehingga dapat mengundang tawa.

Tarian ini sering digunakan oleh seniman untuk mengeluarkan berbagai uneg-uneg mengenai suatu hal, selain itu juga sering digunakan oleh masyarakat untuk merespon kondisi sosial disekitarnya. Beberapa contoh cerita yang sering dibawakan dalam tarian ini misalnya adalah mengenai kesulitan masyarakat pinggiran dalam menghadapi oknum-oknum tertentu. Pada masa jaman penjajahan, tarian ini juga digunakan untuk membangkitkan semangat. Terkadang saat waktu istirahat dari kerja paksa, mereka akan menarikan tarian ini dan meniru tingkah laku penjajah Jepang dalam bentuk lelucon, sehingga dapat membuat mereka kembali bersemangat.

Menurut seniman, tarian ini mengalami 2 fase perubahan. Pada fase pertama tarian ini tidak memiliki dialog dalam pertunjukkannya, hanya berupa musik dan tarian. Fase pertama ini sering juga disebut Gandrang Bulo klasik dan berkembang pada masa kerajaan. Pada fase kedua tarian ini mulai dilengkapi dengan dialog yang berisi kritikan dan luapan emosi para seniman yang memainkannya. Fase kedua ini berkembang pada masa penjajahan jepang. (Yv)

Erick

Saya seorang yang sedang belajar menulis dan saat ini sedang mempelajari dunia digital

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.